Ngomongin televisi gak akan ada habisnya emang, dan udah terlalu mainstream. Kebanyakan kaskusers dan onliners (bukan oneliners ) Indonesia saat ini banyak menghabiskan waktunya di layar kaca dibandingkan di depan pesawat radio FM. Semakin ke sini bisnis radio semakin terlihat kurang menjanjikan, apalagi sejak hadirnya CD dan banyaknya sistem audio mobil yang mendukung USB drive dan televisi.
Di balik itu gan, yang namanya radio tetap bertahan, meskipun lambat laun media tradisional yang ngetren tahun 80-90an ditinggalkan, seperti koran, majalah, televisi analog yang pakai VHF dan UHF (btw di Asia Timur Raya cuma kita yang masih setia pakai UHF). Bahkan di kalangan radio aja makin banyak nama besar yang terpaksa tutup atau diambil alih oleh pihak lain, beberapa yang heboh adalah Radio Attahiriyah diambil alih Mahaka menjadi Gen FM, ARH FM diambil alih menjadi Global FM, dan seterusnya sampai sebagian radio FM kita adalah hasil ambil alih.
Toh bagaimanapun yang namanya radio FM tetap bertahan gan, meski TV UHF yang ditemukan belakangan akan ditutup pemerintah tahun 2017. Meskipunradio online bertebaran di dunia maya dan yang ditampung sama Erdioo, layanan streaming radio lokal, udah puluhan, tetap aja radio FM bertahan dan didengarkan orang, sekalipun udah kayak televisi, yang punya radio besar harus orang berpunya
Kok bisa? Cek ini, agan akan tahu alasannya...
Quote:
THREAD INI ADALAH OPINI DARI TS, TIDAK BERSUMBER DARI MANAPUN.
Quote:
Info Lalu Lintas
Sekarang memang ada social media sebagai info lalu lintas. Di jalan tol juga banyak dipasang papan info lalu lintas. Tapi kalo posisi agan sebagai driver dan harus tahu info lalu lintas dengan kilat, misal di jalan tol X ada kecelakaan, kenapa di jalan raya Y macet parah gak seperti biasa, dll, radio yang paling bisa diandalkan.
Tinggal pencet channel di mobil (1-6, biasanya radio berita bakal agan preset kan) dan cari channel berita untuk memantau info lalu lintas. Radio yang paling terkenal info lalu lintasnya adalah Elshinta dan Sonora (punya kontrak seumur hidup dengan Jasamarga untuk penyiaran info lalu lintas) dan tunggu info lalu lintas disiarkan. Benar-benar berguna apalagi kalau sendiri. Bayangkan kalau agan harus buka social media dulu untuk cari info lalu lintas aja, dan di saat sama kendaraan di depan agan maju. Ditambah partner agan belum tentu tahu buka info lalu lintas di mana
Quote:
UPDATE LAGU BARU
Sekarang sudah ada MP3 player di setiap ponsel, kecuali HP agan tipe jadul
. Sekalipun MP3 player di ponsel dan tinggal diklik juga koleksi MP3 agan (yang kebanyakan bajakan
), seringkali agan merasa kurang update lagunya kan, atau bosan dengan lagu itu itu aja... Apa yang agan lakukan kalau bosan? Setel radio lah terutama pada jam request dan jam chart/tangga lagu, biasanya banyak lagu baru yang melintas. Atau bisa aja agan mendengarkan lagu yang lama banget tidak didengarkan tetapi tiba-tiba lewat di radio dan buru buru agan cari link downloadnya
. Ketimbang buang buang kuota untuk cari lagu baru di internet, mending denger radio dulu terus dicatat lagu apa yang mau di-download. Penghematan kuota hitung hitung gan
Quote:
Hiburan Jam Prime Time
Semakin ke sini semakin banyak radio menawarkan program prime time yang ada lucu lucuannya, terutama di jam pagi-pagi. Pengamatan ane jam prime time (6-10 pagi) itu seperti jam malam (19.00-23.00) di televisi. Jam itu adalah jam orang berangkat kantor dan sekolah, di mana aktivitas dimulai. Tentu setiap radio punya ciri khas sendiri dalam menyiarkan prime time mereka. Apalagi dengan semakin banyak radio latah ikut format tetangganya. Ada yang santai seperti di Delta FM dan Jak FM, ada yang ngelucu nyerempet nyerempet di Gen FM dan Hard Rock FM, ada yang simpel seperti Prambors, bahkan ada yang keroyokan 3-4 orang kayak Sigapp 88 Mustang dan Sirkus Pagi HITZ FM.
Meski ane lihat makin lama banyak radio latah ngikutin Prambors dan Gen FM untuk format pagi, tapi beda dengan televisi, siaran radio sekalipun latah ikut tetangganya tetap ada ciri khas meski dimirip miripin juga karena radio tak bisa lepas dari karakter penyiar. Acara pagi Prambors mau dibikin kayak di Gen FM tapi announcer tetap Desta sama Gina. Pasti ada beda yang mencolok lah
. Beda sama televisi, sekalinya latah ya udah, bisa copy paste program serta formatnya sampai ga bisa dibedakan
Maaf, tujuan utama siaran pagi ini belum ane bahas. Tujuannya adalah biar pendengar terhibur saat macet pagi-pagi, dan terutama untuk driver, tanpa harus mengalihkan pandangan dari jalanan. Belakangan kan ada TV di mobil tuh, tapi namanya TV mesti ditonton dan kurang oke kalo cuma didengar. Lagipula kelemahan TV mobil adalah sinyalnya gampang hilang kalau ketemu gedung atau kecepatan tinggi. Gambar TV ditransmisikan dengan AM sementara suara dengan FM, makanya gambar TV UHF suka banyak semutnya. Kalau mau informasi on board lengkap tanpa ribet ya dengerin radio!
Quote:
Di daerah-daerah, radio adalah sumber informasi utama dan paling update
Sifat radio FM yang kuat, jangkauan jauh, dan hanya lemah terhadap bukit tinggi (bukan nama kota
) dan beton tebal menjadikan alat ini sering dijadikan sumber informasi utama. Banyak daerah yang susah sinyal HP, jaringan TV susah karena tabrakan/habis sinyal biasanya, media cetak juga hanya ada koran lokal, terbantu dengan adanya radio. Warga lokal tidak usah takut ketinggalan informasi karena bisa mendengarkan radio, terutama radio berita.
Quote:
Komunikasi Dua Arah
Nah, ini ane merasakan sendiri. Penyiar dan pendengar seakan punya komunikasi dua arah tanpa diminta. Ane sebagai penyiar juga pengelola radio komunitas merasakan bagaimana dekatnya seorang pendengar radio dengan penyiarnya tanpa diduga. Kata-kata dan gaya bicara seorang penyiar bisa memengaruhi pendengar, apakah akan jatuh hati, biasa saja, atau yang terburuk adalah ganti channel.
Seorang penyiar dituntut untuk menjadi teman bagi pendengarnya, beda dengan televisi yang hanya dituntut sebagai host. Karena itu, siaran radio beneran bisa menjadi obat galau para jomblo karena seakan akan ada yang nemenin . Meski gak kayak dulu, tuntutan penyiar ini sering membawa pada fans yang mengerubuti si penyiar, timeline social media yang selalu penuh ketika jam siaran, dan tentunya fans ini bukan ababil kemaren sore kayak fans acara TV alay
Quote:
Real Time Information
Radio berita seperti Elshinta memberikan real time info tentang bencana atau kejadian alam. Beda dengan televisi di mana berita suka dipelintir demi rating sampai memicu kemarahan korban, berita radio lebih akurat menurut pandangan ane, umumnya juga diatur sedemikian rupa. Apalagi RRI, omongan narasumber LIVE saat itu juga dia bicara depan mic yang terhubung ke pesawat telepon/HP.
Ada radio online di gunung Merapi yang memberikan informasi real time tentang lahar dingin sampai letusan Merapi. Radio ini banyak dipantau saat letusan Merapi 2010 lalu. Agan ufoterbang melayang memberikan informasi tentang radio ini. Tentunya di gunung yang masih berstatus siaga ke atas (Sinabung, dll) ada radio komunitas yang memberi informasi real time bencana sekalipun TV dan media-media di Jakarta berhenti memberitakan status gunung itu.
Quote:
Siaran Sepak Bola
Untuk pertandingan yang penting misal piala dunia, final Liga Champions
, apalagi pertandingan tim Garuda melawan negara lain, kadang disiarkan lewat televisi juga radio. Apa bedanya via TV dan radio?
Siaran bola via radio bergantung pada komentator dan imajinasi kita. Siaran bola TV kan karena sering dalam bahasa asing jadi hanya orang tertentu yang mantengin komentatornya, semua mata fokus pada aksi pemain. Nah kalau via radio, siaran komentator harus dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah. Kadang kadang ekspresi komentator saat membawakan acara bola di radio ini yang bikin sampai memengaruhi semangat kita.
Quote:
Budaya Lokal
Seperti banyak dikatakan orang, media makin menjauh dari kearifan lokal dan hanya ikut pasar. Terutama televisi. TV yang rajin menyiarkan program budaya lokal hanya TV daerah dan orang tak banyak tahu.
Beda dengan radio. Setiap radio di daerah beda dituntut untuk sesuai dengan budaya setempat. Dari gaya bicara (radio Jakarta bergaya betawi, Jawa Tengah ada logat jawanya), budaya dan adat setempat (radio Bali harus off air saat nyepi dan memutar waktu puja agama Hindu, radio Aceh harus off jam 12 malam, radio Jakarta harus memutar azan maghrib), sampai melestarikan budaya (pewayangan, dll). Radio perlu dilihat sebagai alat untuk mempertahankan kebudayaan. Radio ga bisa disetir pasar seutuhnya seperti TV. Nah televisi yang menghancurkan budaya positif yang dibentuk radio ini.
Quote:Kesimpulan
Banyak yang menganggap sebelah mata radio di era internet dan era yang membutuhkan kecepatan. Tapi ane ingin ingatkan agan agan bahwa radio masih ada, terus ada, dan tetap ada. Karena hal yang ane sebutkan ini radio tetap bertahan mengudara Seperti slogan RRI, sekali di udara tetap di udara!, begitulah keadaan radio sekarang.
Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/54aac09d14088d9b528b4574